Selasa, 26 Agustus 2008

100% Full Attention for Detya

Minggu pagi ketika kami hendak berangkat bersama Javas, Detya tidak serta merta melepas kami begitu saja. Tapi dengan diskusi dan negosiasi akhirnya Detya menerima bahwa gilirannya bertiga saja adalah nanti sore. Sempat ada tangisan dan rengekan, tapi seperti biasa, Detya adalah anak yang sangat komunikatif. Dengan alasan yang jelas dan bisa dia terima maka dia akan menerima semua masukan (itu yang sangat disukai guru-gurunya, gampang berbicara dengan Detya).

Maka sore hari sepulang dari Poncol dan Puri Kembangan, kami meminta detya untuk segera mandi. Dia tidak begitu semangat karena sempat melihat dan ikut bermain perlengkapan perang-perangan punya Javas. Detya sangat tertarik dan enggan beranjak dari permainan itu, sampai Bunda menawarkan dia untuk memilih tetap bermain atau sesuai perjanjian pagi itu. Tentu saja dia lebih memilih pergi bersama kami.

Kami hanya pergi ke CBD dan belanja keperluan bekal anak-anak sekolah (susu dan snack). Juga membeli jam yang Detya inginkan (sepertinya dia hanya ikut-ikutan karena banyak teman di sekolah yang pakai). Karena kami hanya naik motor dan ternyata belanjaannya terlalu banyak maka kami tidak bisa melakukan hal-hal lain. Sepertinya acara Detya gagal dan dia juga banyak bertanya kenapa ga jadi ini ga jadi itu sesuai perjanjian pagi? Heehhhh....maafkan kami Detya..minggu depan kami akan berusaha lebih baik lagi

Jumat, 15 Agustus 2008

Bertanggung Jawab

Hmmm..barusan bunda menguji anak-anak dan hasilnya memuaskan.
Diawali dengan permintaan Detya membeli jilbab karena dia ingin memakainya ke sekolah. OK, Bunda bisa memenuhi, untuk itu Bunda jemput ke TPA dan langsung ke koperasi. Ternyata koperasi ga jualan jilbab, dan alhamdulillah Detya tidak memaksa.
Nah, di pintu koperasi ada penjual makanan ringan yang tampilannya sangat menggoda, sehingga mampir dulu disitu. Icip sini..icip situ akhirnya anak-anak memilih permen agar dan Bunda pilih 3 cemilan. Setelah itu karena lapar berat Bunda mengajak ke kantin dan nyoto disitu. Anak-anak memilih air jeruk dengan esnya sedikit saja. OK, Bunda setuju dengan catatan minuman itu untuk berdua seperti halnya permen agar tadi.
Baru saja Detya memegang gelas jus jeruk itu dan berjalan menuju meja, tiba-tiba entah bagaimana gelas plastik itu tumpah dan isinya tumpah ruah kemana-mana. Bunda hanya memanggil penjualnya biar membersihkan tumpahan itu dan selanjutnya Bunda diamkan saja Detya dan Javas yang hanya bisa menatap.
"Sudah ya..karena memang sudah tumpah maka ga ada gantinya ya..."
Detya diam dan Javas agak cemberut.
"Apa kalian mau jeruknya lagi...?"
Mereka hanya menatap Bunda tanpa ada jawaban sama sekali.
Tante Yayuk yang juga menemani Bunda makan ikut bicara "Kasihan mereka..sudaah..belikan saja.."
"Engga begitu Tante...Mereka kan sedang belajar bertanggung jawab... OK, kalau kalian masih ingin jus jeruk maka permen agar tadi Bunda simpan buat besok saja"
Akhirnya Detya memilih "Ga usah beli lagi deh, aku mau permennya saja."
"Bagaimana dengan Javas, setuju ga..?"
"Iya Bunda aku mau permennya saja."
Selesai deh...Tante Yayuk sampai terheran-heran.
Dapet 3 permen masing-masing, Bunda hentikan karena bagaimanapun jika terlalu banyak akan tidak baik buat mereka. Selanjutnya Bunda minta bantuan Detya untuk mengambil cemilan yang tadi sedang dikemas. Alhamdulillah, dia mau. Padahal Ayah sering mengeluh karena mereka dianggap ga berani untuk memulai bicara sendiri ke penjual barang. Selalu diem aja kalau disuruh memulai sendiri, sampai Ayah jengkel. Menurut Bunda sih...kita jangan terlalu demanding ke anak-anak. Kita iringi saja tapi jangan dilepas sendiri karena mereka pasti belum PD untuk mulai. Dengan begitu lama-lama mereka akan memberanikan diri mereka sendiri untuk memulai. Dan terbukti kan, karena tidak lama kemudian Detya sudah kembali dengan bungkusan cemilan di tangan.
Hal terakhir, Bunda minta mereka untuk jalan sendiri ke TPA karena Bunda akan langsung ke kantor. Mereka setuju dan langsung pergi. Tentu saja Bunda ga langsung ke kantor tapi mengawasi mereka dari kejauhan. Walaupun dengan sedikit berjalan-jalan di depan mesjid akhirnya mereka pun nyampe di TPA.
Ah...senengnya...anak-anakku sudah ikhlas bertanggung jawab.

Kamis, 14 Agustus 2008

Terbangun Mendadak..

Semalem Detya tiba-tiba nangis ga brenti-brenti ga jelas apa yang dimauin. Bunda sih menduga ini gara-gara dia terbangun mendadak setelah lagi asyik-asyiknya tidur di mobil sepanjang perjalanan pulang. Pas mau nyampai rumah, tiba-tiba dia terbangun dan harus turun dari mobil. Sekalian aja tante minta Detya untuk pipis biar malamnya ga ngompol (pernah sih beberapa kali gara-gara tidurnya masih sore banget, jadi ga sempat pipis...jadinya malah ngompol..)
Setelah itu, dia gaaa brenti menangis sambil merengek-rengek ga jelas apa yang dimaui...Bunda hanya bisa berusaha menenangkan sambil ngelus-ngelus biar diem...5 menit...10 menit...15 menit...lama-lama kayaknya mau ada setan lewat deh di kepala Bunda..12 gaya populer mau beraksi...
Tapi untung aja Bunda inget acara Nanny 911 yang menekankan masalah warning then consequence...lalu Bunda bilang:"Detya...tolong Detya ga bersuara dulu deh dalam dua menit ini...kalau engga daripada nanti Bunda malah teriak dan marah-marah lebih baik Bunda keluar saja ya.." Rupanya permintaan tadi langsung di respon positif...30 detik pertama masih terisak-isak...1 menit kemudian ga ada suara sama sekali tapi masih ada isakan kecil dan pas 2 menit, Detya menjadi tenang.
Wah Bunda surprise banget ternyata peringatan dan konsekwensi..manjur juga..cuma ada yang bikin ragu..apakah ini termasuk mengancam..?
Kejadian nangis gara-gara bangun begini sering banget kejadian sama Javas...cuman Javas ga lama tantrumnya...disayang-sayang dikit dan diiya-iyain apa rengekannya, dia langsung diem (padahal ga ngerti juga apa rengekannya)