Selasa, 29 Juli 2008

Stay over

Beberapa bulan yang lalu Detya minta menginap di rumah Rahma. Setelah mengemukakan berbagai alasan dan dengan pertimbangan agar Detya mencoba sesuatu yang baru akhirnya aku memperbolehkan dia menginap. Tentu saja setelah minta ijin ke Mbak Devi mamanya Rahma. Berangkat hari jumat setelah pulang dari TPA dan kembali hari senin langsung ketemu di sekolah. Senin sore, Detya langsung bereaksi aneh, dia membanding-bandingkan keadaan di rumah (denganku) dan keadaan di rumah Rahma (dengan Mbak Devi). Dia bilang mau tinggal di rumah Rahma terus karena enak disana..tante Devi baik dan sebaginya-dan sebagainya.
Agak panas juga kuping mendengarnya namun aku coba bersabar dan menjelaskan alasan kenapa beda di sana dengan di sini. Kuterangkan juga kalau bisa nanti kita coba permainan seperti di sana kita lakukan sendiri. Detya bahkan juga komentar bahwa dia mau jadi anak tante devi...deg...sedih banget rasanya..aku cuma berlindung dibalik biaya sekolah dan TPA dia. Kubilang kalau mau jadi anaknya tante devi gimana dengan biaya sekolah detya..kan tante devi juga sudah punya anak 3. Kalau ditambah detya lagi apakah cukup rizkinya? Terus aku minta maaf ke Detya kalau memang aku ga bisa sabar dan aku janji untuk berusaha sabar..dan akhirnya Detya bilang kalau gitu aku mau di rumah dengan bunda saja. Walau diskusi lumayan alot akhirnya karena dia sudah mutusin ga ikut tante devi, aku mencoba untuk memenuhi janjiku..mencoba apa yang dilakukan di rumah Rahma, misalnya berburu harta karun keju di dalam nasi, juga bersikap lebih sabar lagi dengan catatan asal Detya juga menurut padaku.
Selanjutnya tanggal 20 Mei (hari selasa ada libur) Detya ikut lagi nginep di rumah Rahma. Mulai hari Sabtu sebelumnya dia sudah minta ijin dan aku hanya bilang atas seijin tante devi dan asal Detya tidak merepotkan disana. Pulang sekolah hari senin Detya langsung mengih janjiku dan setelah berbagai pertimbangan akhirnya sore itu dia pun menginap lagi di rumah Rahma.
Waktu terima raport semester genap kemarin, hal ini coba ku konsultasikan ke guru kelasnya...dan apa jawabnya...anak jangan dibiasakan menginap di rumah orang lain..jika menjadi kebiasaan dikawatirkan akan terbawa sampai besar bahwa jika ada masalah di rumah maka anak akan cari kenyamanan di tempat lain atau dengan cara yang lain...waaaaah dengan penjelasan itu aku jadi agak-agak shock..aku bayangkan jika dia sudah remaja dan ada konflik dalam rumah dia akan lari kemana? iya kalau hanya di rumah teman...kalau di rumah teman yang suka narkoba?....waaaah gazwat bangets...
Dari reaksi detya ketika pertama kali nginep saja sudah terlihat bahwa dia sudah membanding-bandingkan antara kondisi rumah sendiri dengan rumah orang lain...
Bu guru menyarankan agar menciptakan sendiri di rumah apa-apa yang membuat nyaman di rumah orang lain...untungnya memang itu yang aku lakukan waktu itu..
Eniwei sebenarnya ketika aku membiarkan Detya nginep di rumah mbak devi itu karena aku percaya bahwa disana Detya akan belajar banyak karena memang mbak devi sangat concern dengan pendidikan dan perilaku anak-anaknya. Jadi aku yakin bahwa Detya akan baik-baik saja. Tapi mendengar penjelasan gurunya, aku jadi tidak memperbolehkan lagi dia nginep-nginep lagi..Dan untungnya sampai saat ini tidak ada permintaan lagi untuk nginep di rumah orang..

Senin, 28 Juli 2008

Peniru yang Luar Biasa

Hari minggu sore kemarin, Detya bolak-balik minta es cincau dan nata de coco. Sebenarnya siang harinya aku sudah membolehkan dia untuk ngmbil minuman itu, cuman karena siang itu aku pergi berdua sama ayah maka Tante yang tidak mengerti tetap melarang Detya untuk ambil minuman dengan alasan sedang pilek. Makanya sore itu Detya memaksaku untuk minta minuman. Aku membolehkannya asal makan dulu. Berhubung dia ga mau makan ya sudah...ga ada minuman...
Tapi dia sibuk terus menggangguku dengan permintaannya dan aku tetap dengan jawaban kalau belum makan maka ga boleh...5 menit kemudian terucap lagi permintaan Detya dan aku masih bersabar untuk menidakkan secara pelan...3 menit berikutnya terucap lagi dan aku masih bisa bersabar..2 menit berikutnya terucap lagi dan aku sudah hampir membentak tapi masih bisa kutahan sampai kemudian dia masih saja bertanya dan yang terakhir adalah jawaban tidakku disertai bentakan... Detya langsung diam dan menyingkir ke depan ga tanya-tanya lagi. Sebenarnya nyesel juga kenapa aku harus membentak? Tapi masih aja bisa ngeles dengan berkata:"Mbak Eta baru nurutin Bunda ya kalau Bunda sudah teriak...? Bunda kan pengen bersabar tapi kok Mbak Eta membuat Bunda berteriak?"...wuih...ngelesan yang mutu, tapi tetep aja kulakuin. Sydahlah...toh Detya sudah ga bertanya-tanya lagi..
Tapi apa yang terjadi? Setengah jam kemudian aku dengar Detya memarahi adiknya dengan gaya yang sama persis dengan gaya bentakanku tadi. Astaghfirullah....Ayah langsung mengingatkanku dan aku hanya bisa speechless... Pelan-pelan kudekati Detya dan Javas..dan akhirnya kami berdiskusi tentang masalah mereka..Javas ingin meminjam majalah Detya sedangkan Detya masih ingin membacanya sendiri... Aku minta maaf ke Detya karena cara bicaraku tadi dan memintanya untuk tidak meniru apa yang sebenarnya tidak ingin kami lakukan. Semoga dia mengerti...
Ga berapa lama Detya minta makan dan selesai makan dia menagih janjiku untuk membiarkannya minum es cincau itu... Tentu saja karena sudah sesuai perjanjian, dia boleh menikmati minuman itu...
Ya Allah...ingatkanlah selalu diriku ini untuk dapat menahan kesabaran selamanya...

Selasa, 22 Juli 2008

Kartu Penjemput

Kemarin waktu menjemput anak-anak, gurunya membagikan kartu penjemput. Masing-masing anak ada kartunya dan disitu ada tempat foto untuk 3 penjemput. Untuk detya, masih belum ada foto terpasang sama sekali. Kupikir karena memang baru maka tentu saja ga ada fotonya. Tapi pas giliran Javas ternyata kartunya telah ada foto ayah dan om Andi. Langsung saja Detya protes, "Kenapa kartuku ga ada fotonya?"
Sudah kucoba jelaskan tapi tetap saja dia ga ngerti kenapa kartu adik ada fotonya dan kartuku ga ada. Yaaaah...mungkin nalar anak-anak masih belum bisa nerima walau aku berusaha menjelaskan berulang-ulang. Bahkan tadi dia juga masih menanyakan kembali. Aku dan ayahnya hanya bisa diam dan untungnya dia ga maksa harus dijawab.

Kamis, 17 Juli 2008

Mulai Lagi Sekolah

Setelah libur sebulan penuh, Detya kembali lagi ke sekolah mulai Senin, 14 Juli 2008. Jam belajar masih belum penuh, yang biasanya pulang pukul 14.00 seminggu ini maju satu jam lebih awal.
Oh ya, semenjak menjelang terima raport, Detya memplokamirkan diri bahwa dia tidak mau dipanggil ETA. Dia mau dipanggil DETYA. Semua berawal di suatu sore pas pulang kantor, Detya merajuk bahwa dia ingin ganti nama. Dia bahkan menolak 3 nama yang dia punya. Setelah di rayu-rayu dan ditunjukin arti masing-masing namanya akhirnya dia memilih untuk dipanggil DETYA secara utuh, ya sudah kami penuhi permintaannya bahkan kami sudah laporkan ke pihak guru pada waktu mengambil raport tanggal 12 Juni yang lalu. Ternyata kasus seperti ini tidak hanya Detya yang mengalaminya, ada 2 temannya yang memastikan bahwa dirinya ingin dipanggil namanya secara utuh dan benar, bukan hanya singkatan atau cara mengucapkannya yang ga pas. Dan dari gurunya, kami tahu bahwa panggilan ETA jadi bahan guyonan karena sama dengan 'itu' dalam bahasa Sunda. Seringkali temannya menggoda dengan mengucapkan 'Saha eta?' sehingga Detya menjadi sedih dan memutuskan untuk ganti nama.

Tapi, kami juga belum ngecek ke guru-gurunya apakah panggilan DETYA sudah di tulis dalam semua perlengkapan sekolahnya. Eniwei, sampai saat ini tidak ada keluhan apa-apa. Jadi kuanggap semuanya beres.